Cape Belajar Bisnis Online Sendiri

Kamis, 05 Juni 2014

Kartun Memperburuk Konsentrasi Anak



Penelitian dalam jurnal akademik Pediatrics mengenai serial salah satu film, me-nunjukkan menonton kartun yang berjalan cepat dapat merusak konsentrasi dan perilaku anak


      Kebiasaan menonton televisi yang dilakukan pada usia dini membawa dampak buruk di kemudian hari terkait konsentrasi. Semakin dini usianya melakukan kebiasaan ini, anak semakin sulit konsentrasi kemudian hari. Pilihan tontonan seperti kartun juga punya dampak serupa. 

     Penelitian dari University of Washington, Seattle, Amerika Serikat menunjukkan pada anak usia balita, menonton televisi bisa memperbesar kemungkinan terjadinya masalah konsentrasi pada saat anak tersebut berusia tujuh tahun. 

      Berdasarkan penelitian tersebut ditemukan bahwa setiap tambahan satu jam dari jumlah rata-rata menonton televisi setiap harinya, risiko terjadinya masalah konsentrasi pada saat anak berusia tujuh tahun bertambah hingga hampir 10 persen.

     Ini berarti, anak usia balita yang menonton televisi sekitar delapan jam sehari mem-punyai risiko mengalami masalah konsentrasi sekitar 80 persen lebih besar dibanding anak yang tidak pernah menonton televisi. 

Lazada Indonesia

      Penelitian dalam jurnal akademik Pediatrics mengenai serial salah satu film, me-nunjukkan menonton kartun yang berjalan cepat dapat merusak konsentrasi dan perilaku anak. Hasil beberapa pengujian menunjukkan bahwa anak-anak usia empat tahun yang menonton beberapa menit acara televisi populer itu kurang mampu memecahkan masalah. 

        Selain itu, dari penelitian itu juga ditemukan bahwa anak-anak yang menonton acara itu kurang bisa memfokuskan perhatian sesudahnya dibandingkan mereka yang melihat program yang kurang ingar-bingar atau hanya duduk menggambar. 

    "Ini mungkin karena karakter terus bergerak dari satu hal ke fantasi ekstrem ber-ikutnya, dan di mana karakter melakukan hal-hal yang tidak masuk akal di dunia nyata. Hal ini dapat mengganggu kemampuan anak untuk berkonsentrasi segera sesudahnya. Kemungkinan lain adalah anak-anak mengidentifikasi karakter tanpa fokus dan ingar-bingar itu, kemudian mengadopsi karakteristik mereka," kata peneliti, Lillard.

Sumber : Wardah Fajri, female.kompas.com, 24 Mei 2014

Entri Populer